Broken Heart Survival Guide

Persaingan antara pacar dan rokok (wanita yang merasa terkalahkan dengan rokok)

18/06/2011 10:23

Hari ini aku tergelitik setelah sedikit berdebat dengan mantan tunangan tentang cinta dan rokok. Membuat masa cuti saya menulis notes dan mengistirahatkan otak saya harus ditunda sehari. Dan ya, menurut saya apa yang dia bilang memang pantas untuk mendapatkan apresiasi yang tinggi dan saya sangat menghargainya, tapi karena tidak ingin merusak suasana, lebih baik saya tuliskan lewatnotes ini saja.
Inti obrolan tersebut tentang kejadian masa lalu. Kalau pertengkaran tentang hal ini juga terjadi pada Anda, jangan takut kawan, saya pun juga demikian.. Wkwkwk..
Semua orang tertanya-tanya apa kaitan cinta dan rokok. Bagi orang yang tak pernah isap rokok tapi pernah bercinta akan saya terangkan dari segi cinta dan bagi orang yang merokok tapi tak pernah bercinta akan saya coba terangkan dari segi merokok.
Cinta
Orang yang bercinta, kadang-kadang itu mereka tahu yang apa yang dia buat adalah salah, tetapi dia tetap melakukannya karena pasangan dia suka atau pasangan yang memintanya. Contohnya, sang pria minta pacarnya memakai baju warna pink yang agakketat. Si wanita tersebut mungkin tak suka pakai atau tak biasa pakai warna pink, bahkan membencinya, tetapi demi ingin memenuhi kehendak pacarnya dia pun pakai pakaian itu, dan berbagai hal yang semacamnya. Hal ini adalah contoh yang ringkas sebenarnya dan ada yang lebih dahsyat tetapi banyak orang yang tidak memahaminya, hanya dikarenakan semakin sayangnya seseorang tersebut pada pasangannya, maka semakin banyak hal pula dia sanggup korbankan. Bukannya dia tak tahu apa yang dia buat tersebut salah, tetapi disebabkan sayang dia sanggup buat.
Perokok
Kebanyakan orang menghisap rokok pada permulaannya adalah pengaruh kawan atau karena hal yang lainnya. Bisa juga dimulai ketika pada saat itu ingin hilangkan stress atau menahan rasa ngantuk. Orang yang menghisap rokok tersebut bukannya dia tidak tahu bahwa rokok tu bahaya tetapi disebabkan kesan rokok tersebut hanya pada lingkup dirinya sendiri, hal ini membuatkan dia tak bisa tinggalkan rokok. Kesan yang pertama adalah hilangkan stress dia dan kesan yang kedua adalah ketagihan terhadap rokok itu. Bukannya senang jika tiba-tiba disuruh untuk berhenti merokok, perlukan ketabahan dan semangat yang tinggi. Bayangkan seseorang tu suka makan ayam tiba-tiba disuruh berhenti makan ayam, adakah yang dia bisa diperbuat? Bila dia berhenti pun lepas 2-3 tahun dia pasti akan kembali makan ayam lagi. Saya akan beri contoh orang yang suka main game tiba-tiba disuruh berhenti main? Kalau orang tak suka main game dia akan melihat dari sudut pandang keburukan yang game tersebut, tetapi kalau orang tersebut suka main game, maka dia akan memandang atau menilai game dari sudut baik.
Moralnya
Jangan berkata lebih-lebih tentang cinta jika anda tak pernah merasakannya dan jangan berkata lebih-lebihtentang merokok jika anda sendiri tak pernah merokok. Cukup sekadar mengerti dengan apa adanya saja atau hanya dengan memahami saja sudah cukup.
Mengingatkan saya kepada seorang kawan. Dia adalah seorang perokok berat yang akhirnya berhenti total setelah menikah, walaupun sebelumnya sang teman bersikeras bahwa tidak adayang bisa merubahnya. Diakhir ceritanya kawan saya tersebut menyatakan :
Tak mudah memang mendapatkan cinta yang sempurna. Biasanya selalu ada sisi yang tak menyenangkan untuk dijalani. Terpulang kepada kitauntuk mau tetap bersetia demi cinta itu sendiri atau mengubah haluan demi kesenangan saat ini.
Cerita yang menarik. Sangat bagus. Dalam. Bermakna. Andai saja saya seorang wanita, pasti saya akan mengimpikan mendapatkan pasangan seperti ini untuk mendampingi hidup saya. Wkwkwk.. But its not me.. Wanita mana yang tidak akan tersanjung ketika pasangannya mau meninggalkan apapun demi dia dan keluarga?
Namun izinkan saya memberikan perspektif yang mungkin anomali, dan tidak akan disukai oleh para wanita yang membaca notes saya ini. Tulisan inipun bukan sebuah wujud ketidak setujuan saya atas pernyataan lebih penting cinta dari pada rokok. Justru saya setuju. Tulisan saya ini hanya sebuah perspektif lain. Tidak lebih.
Salah satu " inside " yang saya tangkap dari cerita tersebut adalah tentang pentingnya cinta diatas segalanya. Dalam perspektif tertentu, saya sangat setuju. Saya punya prinsip yang sama tentang hal yang satu ini. No doubt about that.
Namun jujur saja, cerita itu juga "menyentil" saya. Sebagai orang yang banyak menghabiskan waktu untuk berkarya. Tiba-tiba wajah-wajah orang terdekat saya muncul. Dan saya berfikir "apa yang ada dipikiran mereka? Saya egois? Saya tidak peduli dengan mereka dan lebih mempedulikan apa yang saya lakukan?".
Saya berfikir lamat-lamat. Mendiskusikanya dengan diri sendiri. Men-set kejujuran. Ya.. Tanpa kejujuran terhadap diri sendiri, maka solusi yang ditemukan akan palsu. Yang hadir hanyalah ego, excuse, pembenaran atas tindakan (bahasa halusnya tuh). Saya mengembalikannya pada nilai terdalam : nurani.
Menurut pendapat saya, kita tidak bisa membolak balik kesimpulannya secara sakleg. Bahwa cinta adalah penting, jelas saya setuju. Tapi bahwa orang yang "terlihat" lebih mempedulikan hobby atau kebiasaan berarti tidak atau kurang mencintai pasangannya atau keluarganya? Sepertinya tidak bisa dijustifikasi seperti itu. Ini kembali kepada niat dan sebuah pertanyaan mendasar :
"What are you living for?"
Dan pertanyaan
"Untuk apa dan siapa kamu hidup" tersebut bisa dilanjutkan dengan
"Apa yang kamu cari dalam hidup?"
"Untuk apa dan siapa kamu bekerja?"
"Apa tujuan hidupmu?"
Ketika itu terjadi pada Anda dan pasangan, apa yang akan terjadi? Apakah peristiwa tersebut juga terjadi pada mereka? Apa yang akan terjadi, ketika pasanganAnda menginginkan Anda untuk tidak melakukan apa yang Anda sukai, karena itu artinya waktu untuk keluarga akan terkuras habis,
Dan pertanyaan berikutnya adalah, apakah benar mereka tidak memprioritaskan keluarganya ketika melakukan kebiasaannya? Apakah itu bisa diartikan Anda tidak mencintai pacar, atau tunangan atau keluarga atau istri hanya karena Anda melakukan hal itu?
Saya dalam hidup ini mengidolakan Don Vito Corleone, seorang tokoh mafia legendaris yang sepak terjangnya dapat Anda lihat di film God Father.Kesimpulan saya? Bahkan seorang Don Corleone, seorang mafia yang identik dengan kebengisan, tak berprikemanusiaan, berdarah dingin, dimata saya adalah seorang family-man. Tak percaya? Tonton saja film nya.
So? bahkan seorang mafia kelas kakap pun sangat mencintai keluarganya!
Lalu, apa kuncinya?
Kuncinya ada pada tujuan hidup, dan niatan dalam menjalankan sesuatu. Karena 2 faktor ini sangat menentukan.
Kenapa misalnya banyak kasus pengusaha kakap yang keluarganya berantakan, broken home, anaknya menjadi pemadat, pengkonsumsi narkoba, dan sebagainya? Apa yang salah pada mereka?
Buat saya, jika saya harus menyampaikan salah dan benar menurut pendapat saya, maka yang salah adalah pada tujuan dan niatnya. Jika tujuannya adalah untuk simbol-simbol kebendaan seperti harta, kekuasaan dan sebagainya, maka waktu akan menjawab dan membalasnya.
Atau, permasalahannya adalah dalam menjaga konsistensi niat baiknya. Bisa saja niatnya baik ketika mengawali, namun "kebablasan" dan tidak terkendali ketika menjalankannya. Ya. Tidak sedikit orang baik yang terpleset karena tidak mampu menjaga konsistensi dan goyah oleh godaan banyak hal.
Dan faktor penting berikutnya adalah keseimbangan. Contoh keseimbangan yang saya sukai adalah : Pasangan hidup itu sendiri.
Saya melihat, hampir semua tokoh besar, didampingin oleh pasangan yang hebat pula.
Saya berani bertaruh. Bahwa Anda juga tidak merasa akan kehilangan perhatian pasangan Anda mereka hanya karena mereka melakukan kebiasaan mereka. Bukan berarti pasangan Anda itu arogan. Intinya? Ada kepercayaan yang luar biasa, dukungan yang takterhitung nilainya, keikhlasan yang dalam dari. Dan tentu saja, pasangan Anda pasti akan sadar dan tidakmensia-siakan kepercayaan dan dukungan yang Anda berikan, dan membalasnya dengan memberikan yang terbaik yang ia miliki.
So?
Semua berpulang pada masing-masing kita. Sayangnya, kadang kita terlalu terlena oleh kata bernama Cinta itu sendiri. Terlalu indah, sehingga bisa memabukkan. Padahal, selama semua diposisikan pada tempatnya, kecintaan pada kebiasaan, kecintaan pada keluarga, dan kecintaan lainnya, memiliki posisi dan porsi yang berbeda.
Saya ingat omongan seorang pejabat di Televisi tentang kurikulum pendidikan kita sekarang beberapa waktu lalu, bahwa kurikulum pendidikan di negara ini disusun prosentasenya dengan (misal) 30% teori dan 70% praktek. Dan pendapat saya :
"Aneh sebenarnya ketika kurikulum pendidikan di negara ini disusun prosentasenya dengan (misal) 30% teori dan 70% praktek. Seharusnya adalah 100% teori dan 100% praktek" Anda paham denganapa yang saya maksudkan diatas? Wkwkwk...

romansa© 2007 All rights reserved.

Create a free websiteWebnode